LK 2 PJBL

 

Lembar Kerja (LK) 2 : Eksplorasi Penyebab Masalah

 

Tahap eksplorasi penyebab masalah pembelajaran merupakan kegiatan:

1.    pengelompokan masalah dalam satuan konsep dari hasil tahap identifikasi masalah

2.    pembacaan terhadap literatur yang relevan (literature review) atau studi pendahuluan untukmendapatkan konsep/teori

3.    Melakukan pencarian literatur seperti dalam Google Cendekia atau jurnal online

4.    Menulis hasilkajian literature review/studi/kajian Pustaka

Keterangan Tema Project : Menggali penyebab masalah tentang materi pembelajaran dengan cara  melakukan kajian literatur (literature review) melalui pencarian konsep dari artikel jurnal, buku dan  dokumen yang relevan;

 

No

kajian literatur penyebab masalah

penjelasan

1

Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Rendah

KAJIAN LITERATUR: 

1. Rendahnya motiivasi belajar siswa karena rendahnya disiplin belajar, siikap belajar siswa  yang tiidak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, tingkat aktivitas siswa yang kurang,  dann tingkat kepuasan belajaar yang rendah. (Rike Kurnia Sari/2021) 

2. Tinggi rendahnya motivasi belajar siiswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor  yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: cita-cita atau aspiirasi siswa, kondisi jasmani  dan rohani siswa, kondisii lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru  membelajarkan siswa (Sudaryono, 2012). 

WAWANCARA : 

1. Hamdani, S.Pd 

Penyebab motivasi belajar rendah:  

     a) Guru kurang variatif saat mengajar 

b) kurang perhatian dari orang tua 

      c) siswa belum mempunyai cita-cita

 

2. Aqila Khairani, S.Pd 

Penyebab Motivasi belajar rendah: 

Karena anak bersal dari keluarga brokenhome dan dirumah tidak ada yang mendampingi belajar. 

Selain itu anak merasa tidak pintar atau kurang percaya diri 

3. Atharis, S.Pd

Peserta didik masih memiliki motivasi belajar rendah disebabkan oleh beberapa faktor  diantaranya adalah materi yang dipelajari susah, siswa tidak menyukai cara  pengajaran guru, siswa tidak menyukai mata pelajaran tertentu bahkan kondisi  lingkungan keluarga yang kurang mendukung

2

Peserta didik sulit  memahami apa  yang mereka baca 

KAJIAN LITERATUR: 

1. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, mengenai faktor-faktor prediktor yang  mempengaruhi kesulitan membaca pemahaman dilihat dari aspek kompetensi  linguistik, maka terbentuk empat faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca  pemahaman pada siswa kesulitan membaca pemahaman yaitu: (1) faktor kosakata,  (2) faktor makna kata, (3) faktor gramatikal, (4) faktor pembeda kalimat. 

(Eviani Damastuti: 2015) 

2. Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan membaca. Umunya,  kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan  yang dibacanyadan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor– faktor itu antara lain :

a. tingkat intelegensi 

b. kemampuan berbahasa 

c. sikap dan minat 

d. keadaan bacaan 

e. kebiasaan membaca 

f. pengetahuan tentang cara membaca 

g. latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. 

h. emosi 

widyasari :2019 

https://www.academia.edu/40972450/Meningkatkan_kemampuan_  

memahami_bacaan_melalui_ pelatihan_aspek_pemahaman_bacaan 

WAWANCARA 

1. Hamdani, S.Pd 

Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak masih rendah yaitu Karena  tidak terbiasa membaca atau literasi kurang, serta kurang memahami kosakata. 2. Athariz, S.Pd 

Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak karena belajarnya kurang fokus atau kurang konsentrasi. 

3. Aqila Khairani, S.Pd 

Penyebab kemampuan pemahaman dalam membaca anak masih rendah Bisa karena  mereka belum bisa membaca, sehingga sulit bagi anak yang mengalami permasalahan keterlambatan membaca ini untuk memahami apa yang mereka baca, kurang pemahaman  kosakata, kebiasaan anak yang belum terbiasa membaca serta minat terhadap bahan  bacaan. 

3

Hubungan  

komunikasi antar  guru dan orang tua  peserta didik  

terkait  

pembelajaran  

masih kurang 

(Membangun  

relasi/hubungan)

KAJIAN LITERASI  

1. Menjadi kreatif dapat diperoleh melalui proses belajar. Munculnya kreativitas dapat  dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya adalah faktor komunikasi antara keluarga,  dalam hal ini adalah orang tua, dan sekolah terutama guru. Adanya sikap saling  mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang  tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna  pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai  keberhasilan dalam belajar. (Anis Pusitaningtyas: 2016) 

2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi yang dilakukan antara orang tua  dan guru antara lain yaitu kurangnya kemampuan orang tua dalam menggunakan media  sosial, signal yang kurang memadai dan waktu yang kurang dalam berkomunikasi .(Nadha  Luthfiyah Firdaus : 2022) 

 https://digilib.uinsby.ac.id /51809/2/Nadha%20Luthfiyah%20Firdaus_D97217063.pdf.  WAWANCARA  

1. Hamdani, S.Pd 

Penyebaab Kurangnya hubungan komunikasi guru dan wali muriid Karena guru tidak  mempunyai buku penghubung antara orang tua dan guru, selanjutnya kurang hidupnya  group WA kelas. 

2. Aqila Khairani, S.Pd 

Penyebaab Kurangnya hubungan komunikasi guru dan wali murid dikarenakan kurang  maksimalnyha pemanfaatan buku penghubung dan Grup WA guru dan walimurid untuk  berkomunikasi 

3. Athariz, S.Pd

1. Perbedaan pola pikir yang dianut orang tua dengan guru 

2. Tidak semua orang

tua "standby" di rumah, seperti contohnya di lingkunga SMK saya  banyak orang tua yang merantau, sehingga anak ditinggal dirumah hanya dengan  kakek/ nenek yang sudah "sepuh" dan beliau hanya menganut sistim "pasrah bongkoan" saja kepda guru. 

3. Tidak semua orang tua memiliki HP yang memudahkan guru untuk berkomunikasi

4

Penggunaan model  pembelajaran  

inovatif yang masih  belum maksimal

KAJIAN LITERATUR  

1. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran diantaranya adalah  dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP ) guru kurang memahami langkah- langkah pembelajaran sesuai sintak yang ada pada model pembelajaran. (Indah Fajar Friani,  Sulaiman, Mislinawati: 2017) 

2. Menurut pengamatan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas guru yang menggunakan  model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung  menggunakan model konvensional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini  disebabkan kurangnya penguasaan tenaga pendidik terhadap model-model pembelajaran 

yang ada padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk  meningkatkan kemampuan profesionalguru. (AD WIDYATAMA : 2014)  http://eprints.ums.ac.id/32621/2/04.%20BAB%20I.pdf 

WAWANCARA :  

1. Hamdani, S.Pd 

Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yakni pengetahuan guru masih  kurang, guru malas untuk merubah diriny dan enggan keluar dari zona nyaman. 2. Aqila Khairani, S.Pd 

Penyebab penggunaan model pembelajaran inovatif yang masih belum maksimal  dikarenakan Guru belum paham serta belum menemukan model strategi dan metode  pembelajaran yg sesuai di kelas 

3. Athariz, S.Pd 

Kebanyakan guru yang sudah sepuh telah merasa di zona nyaman dan enggan untuk  melakukan perubahan-perubahan untuk melakukan pembaharuan dalam model, strategi  dan metode pembelajaran. 

Sedangkan guru yang muda terkadang terkendala waktu dan jaringan jika hendak  mengoptimalkan pembelajaran yang berbasis model, strategi dan metode pembelajaran  kekinian menurut perkembangan zaman

5

Pembelajaran di  kelas masih belum  berbasis HOTS 

Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai pengetahuan guru Sekolah Dasar tentang  higher order thinking skill dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa  pengetahuan guru tentang makna higher order thinking skill masih rendah. Tidak semua  guru mengetahui level kognitif HOTS sesuai Taksonomi Bloom serta memaknai  HOTSsecara beragam yakni sebagai keterampilan, instrumen penilaian dan proses  pembelajaran. Selain itu, pengetahuan guru tentang implementasi pembelajaran matematika yang berorientasi higher order thinking skill juga masih rendah. Pada tahap perencanaan  pembelajaran, guru belum dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang memuat HOTS,  walau telah mengetahui model atau metode pembelajaran yang relevan untuk diterapkan  dalam mendorong pengembangan HOTS siswa. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru masih minim dalam melakukan hal-hal yang memfasiltasi peningkatan HOTS siswa. Pada  tahap evaluasi, kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian HOTS masih  rendah. (Rafiq Badjeber,Nursupiamin, Agung Wicaksono, Mufidah: 2020) https://www.researchgate.net/publication/347821490_ 

2. Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013 tidak membatasi penggunaan tingkatan  taksonomi, hal ini dapat dilihat dari siswa yang dapat membangun Higher Order Thinking  Skills (HOTS) dengan berbagai kategori pengetahuan. Tetapi pada prakteknya masih  mengalami permasalahan. Banyak lembaga pendidikan terutama pada tingkat Sekolah  Dasar (SD) yang masih menggunakan model pembelajaran sederhana sehingga siswa hanya  dituntut untuk menghafal. Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada siswa tidak dibangun  dengan baik sehingga hampir semua materi yang diberikan oleh guru hanya diterima siswa tanpa adanya tindakan kritis saat pembelajaran. Lusi, Nelly widyawati,  Levilia : 2020) 

 https://pgsd.persadakhatulistiwa.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Lusi.pdf 

WAWANCARA : 

1. Hamdani, S.Pd 

Pembelajaran di kelas masih belum berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill)  karena guru masih mengajar dengan paradikma lama siswa hanya di suruh menghafal  bukan berlatih untuk kemampuan menalar. Selain itu dikarenakan pengetahuan guru  dan murid yang kurang. 

2. Aqila Khairani, S.Pd 

Karena anak belum begitu memahami materi dan belum siap mengerjakan Soal -soal  yang HOTS 

3. Athariz , S.Pd 

Karena kurikulum kita diakui atau tidak, masih selalu mengedepankan kemampuan  kognitif. anak dikatakan cerdas apabila matematika 100, PAI 100, dan nilai pelajaran  eksak lainnya sempurna. Maka tak jarang guru di sekolah berlomba-lomba mencetak  generasi yang mampu menghasilkan nilai sempurna untuk mapel-mapel yang sering  dilombakan, dengan mengabaiakan KBM yang mengedepankan kemampuan berpikir  kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil  keputusan bagi siswa. Banyak masih berfokus pada hafalan saja atau menggunakan pola Low Order Thinking Skill (LOTS) yang membuat siswa selalu berada zona  nyaman tanpa adanya tantangan


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LK-2.1: Pengembangan Materi Ajar Berbasis Struktur Pengetahuan, Multiperspektif, dan Multidisiplin

Tugas Lokakarya 3 - Penyusunan Instrumen Asesmen Awal, Formatif dan Sumatif

LK 2 Eksplorasi Penyebab Masalah ( berdasarkan Literature Review)