Analisis Bahan Ajar Problem Keilmuan Pendidikan Agama Islam M.Saekhan Muchith

 

ANALISIS BAHAN AJAR KEGIATAN BELAJAR:

Dosen : Dr. Tuti Indriyani. S.Ag, M.Pd.I

Nama Siswa:     , S.Pd.I

Judul Modul

STRUKTUR KEILMUAN PAI

Judul Kegiatan Belajar (KB)

Problem Keilmuan Pendidikan Agama Islam M.Saekhan Muchith

Bahan ajar yang dianalsis

Artikel 1

No

Butir Pertanyaan

Respon/jawaban

1.

Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan ajar;

 

Beberapa konsep yang ditemukan dalam jurnal ialah sebagai berikut :

1.      PROBLEM KEILMUAN PAI

Isu keilmuan yang berhubungan dengan epistemologi atau perpecahan dalam konteks pendidikan Islam, seperti yang terjadi di lingkungan STAIN, IAIN, dan UIN, merupakan tantangan yang tidak hanya memiliki akar pada ranah keilmuan tetapi juga pada aspek kultural. Kompleksitas ini mengindikasikan bahwa penyelesaian permasalahan ini menjadi suatu tugas yang kompleks karena erat kaitannya dengan sifat dasar institusi dan keilmuan yang bersangkutan. Meskipun demikian, penting bagi perdebatan seputar isu perpecahan ini agar tidak berlarut-larut sehingga Islam dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai agama rahmatan lil'alamin..

2.      METODE PAI

Terdapat tiga metode pendidikan agama Islam yang umum diterapkan, yaitu bayani (tekstualis), irfani (spiritual), dan burhani (rasional). Penggabungan ketiganya diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang holistik. Metode bayani menitikberatkan pada pemahaman teks suci, irfani menggali dimensi spiritual, sementara burhani menekankan pada logika. Sinergi dari ketiga metode ini diharapkan dapat merangsang peningkatan pengetahuan agama, kemampuan berpikir kritis, serta aspek spiritual siswa, sehingga dapat membentuk generasi yang berpengetahuan luas dan berakhlak mulia.

3.      TUJUAN PAI

Tujuan pendidikan agama Islam memiliki cakupan yang luas dan mendalam. Sasarannya adalah membentuk individu yang ideal dan berakhlak mulia. Maka dari itu, pendidikan agama Islam tidak hanya berfokus pada aspek fisik dan non-fisik semata, melainkan lebih pada pemahaman esensi manusia untuk menyadari asal-usul penciptaannya, tujuan kehidupannya, serta cara mencapai kebahagiaan. Pendidikan agama Islam juga menekankan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungannya. Dalam proses pembelajaran, nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab diajarkan sejak dini guna membentuk karakter yang kokoh dan berintegritas.

 

2.

Lakukan kontekstualisasi atas

pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial;

Pendidikan Islam merupakan kunci untuk membentuk pribadi muslim yang baik dan mengajarkan nilai-nilai keislaman yang sejati. Namun, banyak praktik keberagamaan masyarakat muslim hari ini tidak sesuai dengan ajaran al-Quran. Terjadi konflik, pencurian, pemerkosaan, praktik riba, judi, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang di kalangan umat muslim. Hal ini juga ditambah dengan masalah pencemaran lingkungan dan pengelolaan sampah yang buruk. Pendidikan Islam seharusnya membentuk pribadi yang beriman, berislam, dan berihsan, memiliki ketaatan kepada Allah, kesalehan sebagai hamba Allah, dan mampu berbuat kebaikan kepada sesama. Namun, tujuan ini belum sepenuhnya tercapai karena masih terdapat kesenjangan antara pengetahuan kognitif dan aspek afektif atau sikap pada lembaga pendidikan Islam.

                           

Dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum juga menghadirkan masalah dalam pendidikan Islam. Beberapa masyarakat memandang bahwa ilmu agama hanya diperlukan untuk akhirat, sedangkan ilmu lain dianggap tidak terkait. Ini terlihat dalam maraknya sekolah berbasis IT dan pandangan bahwa pelajaran agama saja sudah cukup penting, sementara pelajaran umum dianggap tidak relevan. Problematika dalam keilmuan PAI juga terjadi di lapangan karena banyak yang lupa akan pentingnya menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dikotomi ini menunjukkan bahwa masyarakat muslim hari ini telah menjauh dari nilai-nilai Islam yang sebenarnya.

 

Penting untuk mengatasi dikotomi ini dengan mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum secara harmonis. Pendidikan Islam harus mampu menunjukkan bahwa semua ilmu dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. Misalnya, ilmu sains dapat digunakan untuk memahami keajaiban ciptaan-Nya, sedangkan ilmu sosial dapat membantu dalam membangun masyarakat yang adil dan bermartabat. Selain itu, perlu ada pembaruan dalam metode pengajaran yang lebih interaktif dan aplikatif, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoretis, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan teknologi dan pendekatan kontekstual dapat membantu siswa memahami relevansi ajaran Islam dalam menghadapi tantangan modern.

 

Pendidikan karakter juga harus menjadi fokus utama dalam pendidikan Islam. Mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, empati, dan tanggung jawab dapat membentuk generasi muslim yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moral dan etika yang kuat. Program-program ekstrakurikuler yang melibatkan kegiatan sosial dan lingkungan dapat menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Sebagai bagian dari upaya pembaruan, penting juga untuk melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk orang tua, guru, dan masyarakat. Sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembentukan karakter dan pengembangan potensi siswa secara holistik.

 

Dengan demikian, pendidikan Islam yang komprehensif dan integratif akan mampu melahirkan generasi muslim yang berakhlak mulia, berwawasan luas, dan siap menghadapi tantangan zaman. Nilai-nilai Islam yang sejati akan tercermin dalam setiap aspek kehidupan, menjadikan umat muslim sebagai rahmatan lil alamin yang sesungguhnya.

 

3.

Refleksikan hasil kontekstualisasi

materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna.

Sebagai seorang guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, penulis menyadari bahwa pendidikan agama Islam tidak sekadar tentang pengetahuan semata, melainkan harus mampu memberikan pengaruh yang mendalam dalam kehidupan dan menjadi pedoman bagi peserta didik sehari-hari. Penting untuk memastikan bahwa pengetahuan yang diperoleh tidak hanya sekadar berada dalam ranah intelektual, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Tujuan akhirnya adalah menciptakan individu yang beriman, taat beragama, dan berakhlak mulia. Untuk mencapai hal ini, penting untuk menghindari fokus pada dikotomi dalam lingkungan pendidikan Islam dan menggantikannya dengan inovasi agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Ilmuwan Muslim perlu mencari cara agar pendidikan Islam tetap relevan dengan tantangan masa kini tanpa terjebak dalam perdebatan epistemologi. Pendidikan Islam harus bersifat holistik, mencakup berbagai aspek kehidupan dan disiplin ilmu tanpa batas waktu. Penulis harus terus meningkatkan pengetahuan untuk dapat berkontribusi dalam mewujudkan Islam yang memberkati seluruh alam.

 

Seorang guru Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menginspirasi dan memotivasi peserta didik untuk mencintai ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berpikir kritis dan kreatif harus ditanamkan agar siswa mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan bijaksana dan berdasarkan nilai-nilai Islam. Penting juga untuk mengintegrasikan teknologi dan metode pembelajaran modern dalam pengajaran agama Islam. Penggunaan media digital, aplikasi edukasi, dan platform pembelajaran daring dapat meningkatkan interaktivitas dan daya tarik dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi penerima pasif, melainkan juga berperan aktif dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, guru perlu menerapkan pendekatan yang humanis dan inklusif, menghargai keragaman dan perbedaan di antara peserta didik. Hal ini akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk berkembang. Melalui pendekatan ini, diharapkan nilai-nilai toleransi, keadilan, dan kasih sayang dapat tertanam kuat dalam pribadi setiap peserta didik.

 

Di tengah kompleksitas masyarakat global saat ini, pendidikan agama Islam harus mampu merespons tantangan kontemporer seperti isu lingkungan, hak asasi manusia, dan perdamaian dunia. Dengan demikian, lulusan pendidikan Islam diharapkan tidak hanya memiliki pemahaman mendalam tentang agama, tetapi juga memiliki wawasan yang luas dan kemampuan untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan dunia..

 

 

                                                                                                                Bangko, 5 November 2024

                                                                                                                Mahasiswa

 

                                                                                                               

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LK-2.1: Pengembangan Materi Ajar Berbasis Struktur Pengetahuan, Multiperspektif, dan Multidisiplin

Tugas Lokakarya 3 - Penyusunan Instrumen Asesmen Awal, Formatif dan Sumatif

LK 2 Eksplorasi Penyebab Masalah ( berdasarkan Literature Review)