Reseme Quran Hadist KB 3
PENDALAMAN MATERI
(Lembar Kerja Resume Modul)
A.
Judul Modul : AL-QUR’AN HADITS
B. Kegiatan
Belajar : 3. KRITERIA
KESAHIHAN HADIS
C. Refleksi
Hadis shahih
ialah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas
dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan
illat.
Sudah menjadi aksioma dikalangan umat Islam bahwa Hadits merupakan sumber
hukum Islam kedua setelah Alquran. Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan tujuan
menjelaskan ayat-ayat Allah dalam alquran sebagai pedoman hidup manusia.
Penjelasan Nabi terhadap Alquran dalam terminologi ulama dikenal dengan sebutan
hadits.
NO |
BUTIR REFLEKSI |
RESPON/JAWABAN |
1 |
Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di KB |
1. Kata sahih dalam bahasa Arab diartikan orang sehat antonim dari kata
al-saqim yang berarti orang sakit, seolah-olah dimaksudkan hadis sahih adalah
hadis yang sehat dan benar-benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Dalam
istilah ilmiah kata sahih (sihah) bermakna valid yang berarti sah atau
berlaku secara absah. 2. Sebuah hadits
dinilai shahih jika memenuhi lima kriteria berikut, yaitu: 3. Hadis terdiri dari beraneka macam jenis sesuai dengan tinjauannya,
seperti berdasarkan sandarannya, kuantitas perawinya, kualitasnya, bentuknya
dan lain sebagainya. 4. Berdasarkan
kualitasnya, hadis terbagi menjadi tiga jenis, yakni sahih, hasan dan daif. 5. Hadis Hasan Hadis hasan adalah
hadis yang hampir mendekati kualitas sahih karena terpenuhinya seluruh
kriteria kesahihan. Namun, sebab kedabitannya tidak sebaik yang seharusnya,
maka kualitasnya tidak sahih melainkan hasan. 6. Hadis hasan terbagi ke dalam dua, yakni hasan li dzatihi dan hasan li ghayrihi. Yang dimaksud dengan hadis hasan li
dzatihi adalah hadis yang diriwayatkan oleh para perawi yang baik secara
kualitas moral, namun kurang secara kekuatan hafalan, bersanad yang
tersambung, tidak berillat dan tidak ada kejanggalan. Secara sederhana, hadis
hasan li dzatihi adalah hadis hasan yang memiliki kriteria standar hasan yang
sesungguhnya sebagaimana telah dijelaskan; atau hadis yang hasan karena
sendirinya. 7.
Hadis Daif Hadis daif adalah hadis yang tidak memenuhi salah
satu dari syarat kesahihan hadis, maka apabila lebih dari satu syarat yang
tidak terpenuhi, kategori hadis tersebut bisa sangat lemah. 8.
Menganalisis
kesahihan hadis dilakukan terhadap dua aspek, yaitu aspek sanad dan aspek
matan. Sanad yang sahih harus
memenuhi lima syarat yang telah dijelaskan sebelumnya yakni ketersambungan
sanad, keadilan perawi, kedabitan perawi, tidak ada kejanggalan dan tidak ada
cacat. 9.
Kajian
kritik hadis di era modern mulai memasukkan kajian hermenetika sebagai pisau
analisisnya. Melalui metode ini kritik hadis dilakukan dengan 3 teknik yaitu,
kritik teks, kritik historis, dan kritik praksis. Kritik teks dalam hal ini menyaran pada kajian
mendalam terhadap teks hadis dengan menggunakan prinsip linguistic
(kebahasaan), tematis-komprehensif (kesatuan tema hadis), prinsip konfirmatif
(membandingkan dengan al-Qur’an, Hadis yang sahih, dan fakta ilmiah dan
sejarah), distingsi etis legis (membedakan antara aspek etika/ nilai/
filosofis hukum dan formula hukum), dan distingsi instrumental-intensional
(membedakan antara aspek tujuan dan instrumen dalam formulasi hukum). 10. Adapun kritik historis menyaran pada analisis
terhadap validitas hadis ditinjau dari sanadnya, ditambah analisis terhadap situasi kondisi ketika
sunnah tersebut terjadi (dalam bahasa klasik disebut dengan asbabul wurud).
Sedangkan kritik praksis, mengacu pada prinsip realistic yaitu melalui
pemahaman yang mendalam realitas yang dihadapi pembaca hadis di era modern,
termasuk pemanfaatan temuan keilmuan dan kajian modern dalam analisis. 11. Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin
sehingga sejak awal perkembangan peradaban Islam aktivitas belajar dan
mengajar sangat intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh Rasulullah
ke berbagai tempat seperti Yaman, Syam dan Mesir untuk memberikan pengajaran.
Setelah itu, di masa tabi’in banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah
ilmiyah yakni pengembaraan dalam rangka mencari ilmu. 12. Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan
pelajar Islam tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari belajar
kepada sedikit guru. Karena itu, mereka tidak segan-segan melakukan
perjalanan jauh untuk belajar pada guru di kota-kota yang mereka tuju. Dengan
aktivitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam sejak masa klasik tidak
terbatasi oleh dinding ruang belajar. Sebaliknya, pendidikan Islam memberi
kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka
kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan
berpindah dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar.
Dengan demikian aktivitas rihlah ilmiyah menjadi cikal bakal lahirnya learning
society (masyarakat belajar). 13. Kesediaan melakukan perjalanan jauh sekalipun untuk mencari ilmu tidak
terlepas dari dorongan Rasulullah saw dalam sebuah hadis, yang artinya : “Rasulullah saw bersabda: “Carilah ilmu
walau sampai ke negeri Cina” 14. Terdapat lima keistimewaan bagi orang yang
berilmu, yaitu: |
2 |
Daftar materi pada KB yang sulit dipahami |
1.
Yang masih
belum saya pahami sampai sekarang adalah hadis yang berhubungan dengan
menuntut ilmu, Mengapa menuntut ilmu itu harus sampai ke negeri China.
Mengapa perbandingannya yang diambil adalah ke negara Cina. Apakah hadis ini
sahih, hasan, atau dhaif? 2. Untuk menilai suatu hadits sahih dan tidaknya memiliki beberapa kriteria,
diantaranya sanadnya bersampung, moralitas perawinya baik, intelektualitas
perawinya mumpuni, tidak janggal dan tidak cacat. Bagaimana cara kita mengetahui yang demikian itu? |
3 |
Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam
pembelajaran |
1.
Membedakan antara hadits sahih, hasan dan
dha’if. 2.
Hadits-hadits yang dianggap baik dari segi
isi/matannya ternyata belum tentu sahih karena sebab perawinya. 3.
Fungsi hadits terhadap alqur’an ternyata
tidak hanya sebagai penjelas saja namun juga sebagai penguat, menciptakan
hukum yang baru,dan menghapus ketentuan yang ada di dalam al-Qur’an |
Komentar
Posting Komentar