Analisa bahan ajar tentang Kriteria Keshahihan Hadist Menurut AL. Khatib AL Bagdadi
ANALISISA BAHAN AJAR
KEGIATAN BELAJAR: KB 3
Judul Modul |
QUR’AN HADIS |
|
Judul Kegiatan Belajar
(KB) |
Analisa bahan ajar
tentang Kriteria Keshahihan Hadist Menurut AL. Khatib AL Bagdadi |
|
Bahan ajar yang
dianalsis |
Jurnal 1 |
|
No |
Butir Pertanyaan |
Respon/jawaban |
1. |
Tuliskan minimal 3
(tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan ajar; |
A. 3
KONSEP TENTANG BAHAN AJAR 1. Hadist
shohih Hadist shohih adalah
hadist yang sehat yaitu terhindar dari cacat, sedangkan secara istilah hadits
shahih merupakan hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yanga adil dan dhabit
hingga sampai akhir sanad tidak ada kejanggalan dan tidak berikat. Hadits
Shahih didefinisikan oleh Ibnu Ash Shalah, sebagai berikut : “Hadits yang
disandarkan kepada Nabi saw yang sanadnya bersambung, diriwayatkan leh
(perawi) yang adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad, tidak ada
kejanggalan dan tidak ber‟illat”. Syarat syarat hadist
shohih: a. Sanadnya
bersambung b. Perawinya
adil c. Perawira
dlabid d. Tidak
syadz e. Tidak
‘illat Pembagian hadist
shohih: - 1.
Hadits Shahih Lidzahatihi Hadis shahih
lidzahatihi adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih, yaitu
tersambungnya sanad, kualitas moral perawi yang baik, kualitas
intelektual perawi yang mumpuni, serta ketiadaan syadz dan illat. Dengan kata lain,
yang dimaksud dengan hadis shahih lidzatihi adalah hadis shahih itu sendiri. - 2.
Hadits Shahih Lighairihi Hadis shahih
lighairihi adalah hadis hasan yang memiliki riwayat lain dari jalur sanad
yang berbeda, baik jalur sanad yang lain memiliki kualitas yang sama dengan
hadis hasan tersebut, atau memiliki kualitas yang lebih baik dari hadis hasan
tersebut. Hadis shahih
lighairihi memiliki kualitas di atas kualitas hadis hasan itu sendiri. Akan
tetapi kualitas hadis shahih lighairihi di bawah kualitas hadis shahih
lidzahatihi. 2. HADIST
HASAN
Hadits hasan adalah klasifikasi kualitas hadits yang berada di antara hadits
shahih dan hadits dhaif. Kapankah konsep hadits hasan dalam ilmu Musthalahu
al-Hadits atau Ulumu al-Hadits itu lahir? Atau bagaimana asal-muasal sejarah
kemunculan konsep ini?. Sehingga menjadi baku dalam Ulumu al-Hadits yang
menyebut bahwa kualitas hadits itu ada tiga yakni; shahih, hasan dan dhaif.
Kemudian hadits hasan terbagi lagi menjadi dua bagian yakni hasan lidzatihi
dan hasan lighairihi. Dalam tulisan singkat ini akan dijelaskan asal-muasal
dan sejarah lahirnya istilah hadits hasan. Criteria hadist
hasan: 1)
Sanad hadis harus bersambung, 2) Perawinya
adalah adil, 3) Perawinya
mempunyai sifat dhabith, namun kualitasnya lebih rendah (kurang) dari yang
dimiliki oleh perawi hadis shahih, 4)
Bahwa hadis yang diriwiyatkan tersebut tidak syadz.
Pembagian hadist hasan:
Yang dimaksud dengan
hadits hasan lidzatihi adalah hadits yang dirinya sendiri telah memenuhi
kriteria hasan sebagaimana telah disebutkan di atas dan tidak memerlukan
bantuan yang lain untuk mengangkatnya ke derajat hasan, sebagaimana halnya
pada hasan lighoirihi. b. Hadits Hasan
Lighoirihi Yang dimaksud dengan
hadits hasan lighoirihi adalah hadits dha’if yang jalan (datang) nya
berbilang (lebih dari satu jalan) dan sebab ke-dha’if-annya bukan karena
perawinya fasik atau pendusta. 3. Hadits
Dhaif Hadits
dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hadits
hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan adalah: وكل ما عن رتبة
الحسن قصر # فهو الضعيف وهو اقسام كثر Artinya, “Setiap hadits yang
kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan hadits dhaif
memiliki banyak ragam.” Dilihat dari defenisinya, dapat dipahami bahwa hadits
shahih adalah hadits yang kualitasnya lebih tinggi. Kemudian di bawahnya
adalah hadits hasan. Para ulama sepakat bahwa hadits shahih dan hasan dapat
dijadikan sebagai sumber hukum. Hadist dhaif dapat disebabkan oleh cacat
perawi. Kriteria
hadist dhaif 1. karena
cacat perawi ini termasuk hadist Maudhu, yaitu hadist yang bersifat
palsu yang sengaja disandarkan kepada Nabi dari seseorang perawi yang
pendusta. 2. hadist
Matruk, yaitu hadist yang perawinya telah tertuduh sebagai perawi yang
pendusta. Kedhaifan suatu
hadits terkadang
terjadi pada sanad atau matannya. Mengenai hal ini, hadits dhaif dibedakan
menjadi tiga, yaitu: 1. Hadits
Maqlub, yang sanad atau matannya berubah karena ada lafal yang mestinya
diakhirkan namun didahulukan, atau sebaliknya. Ini disebabkan oleh kurang
kuatnya hafalan perawi. 2. Hadits
Mudraf, hadits yang di dalamnya terdapat sisipan atau tambahan. 3. Hadits
Mushahhaf.
Terdapat perbedaan dengan hadits yang diriwayatkan oleh tsiqah,
karena di dalamnya terdapat beberapa huruf, lafadz, atau makna yang diubah.
Akibatnya maksud hadits menjadi jauh berbeda dari makna semula.aYang termasuk
hadits dhaif dari sudut matan dan sanad adalah hadits maudhu. Yakni hadits
yang disanadkan dari Rasulullah SAW secara dibuat-buat dan dusta,
padahal sang Rasul tidak pernah mengatakan, melakukan, dan
menetapkannya. Yang kedua adalah hadits munkar, hanya diriwayatkan oleh
perawi yang lemah dan bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh
perawi yang terpercaya. |
2. |
Lakukan
kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas
sosial; |
KONTEKTUALISASI
BAHAN AJAR DENGAN REALITAS SOSIAL Bahan ajar ini
membahas tentang tentang hadist shohih, hadist hasan, dan hadis dhaif. Dalam realitas
sosial banyak sekali ulama yang bertentangan dengan syarat digunakan hadist
sebagai hujah, dimana ulama ada yang memakai hadist hasan , yang bisa
dijadikan hujah adalah hadist dhoif yang levelnya tidak terlalu parah. Banyak
sekali hadist doif yang tidak dijadikan huja ketika tidak dibarengi dengan
hadist shohih lainnya, sangat banayk orang yang mengatakan hadist dhoif yang
menduga duga bahwa hadist dating dari nabi Muhammad, Berdasarkan kondisi itu, upaya penafsiran
ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan oleh ulama-ulama menjadi sangat urgen,
agar ilmu tentang Al-Qur’an yang sampai kepada masyarakat tidak salah
dipahami, yang membawa pada kesalahan dalam pengamalan |
3 |
Refleksikan hasil
kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna |
Dalam bahan ajar ini
banyak sekali ilmu pengetahuan baru yang diajarkan dimana dalam
mengenal bebrbagai hadist , guru bisa mengajarkan ini pada pserta didik agar
pengetahuannya tentang hadist yang diturunkan bisaberkembang, dengan itu
mereka bisa mempercayai berbagai hadist berdarkan jenisnya. |
Komentar
Posting Komentar